JURKES BERPRESTASI: Coding Competition Tunggal Oli...
Pada tanggal 18 Mei 2024 kemarin, mahasiswa Jurusan Kesehatan telah meraih prestasi lagi. Saudari Nisa dari Jurusan Kesehatan, program studi Manaj...
selengkapnyaProgram Studi D4 Rekam Medik Politeknik Negeri Jember menggelar Kuliah Umum bertema "Peran PMIK dalam Menjawab Tantangan Revolusi Industri 4.0" pada 14 November 2020. Acara ini merupakan rangkaian kegiatan Dies Natalis Politeknik Negeri Jember yang ke-32.
Dalam pembukaannya, Atma Deharja, S.KM, M.Kes, selaku Ketua Program Studi D4 Rekam Medik mengatakan bahwa saat ini kita semua sedang perperang melawan pandemi COVID-19, sehingga dituntut jerih payah tenaga kesehatan agar pandemi ini segera berakhir, di sisi lain bahwa kemajuan teknologi sangat berkembang dengan cepat. Sebagai seorang tenaga PMIK, maka dituntut untuk adaptif mengikuti perkembangan, bahkan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan agar nantinya menjadi seorang PMIK yang unggul dan berdaya saing yang tinggi. Oleh karena itu, inilah yang menjadi dasar bagi Program Studi D4 Rekam Medik Politeknik Negeri Jember untuk mengadakan kegiatan kuliah umum ini.
Dalam kegiatan ini, terdapat dua narasumber yang memang berkompeten dan telah berpengalaman dalam bidang rekam medis. Kedua narasumber ini adalah Elise Garmelia, A.Md.PerKes, S.Sos, M.Si, P.hD yang saat ini merupakan dosen di Poltekkes Kemenkes Semarang dan Tedy Hidayat, A.Md.PerKes, S.ST RMIK, MMRS yang saat ini merupakan Ketua Umum DPP PORMIKI.
Pada pemaparan materi pertama, Elise Garmelia menyampaikan materi berjudul "Fenomena Revolusi Industri 4.0 di Fasilitas Kesehatan dan Bidang Rekam Medis". Beliau menjelaskan beberapa poin penting untuk dipersiapkan oleh calon profesi PMIK dimasa yang akan datang, yaitu D4 PMIK bukan merupakan pembuat program/ software, namun sebagai "desainer" atau perancang sebuah sistem yang akan digunakan oleh instansi pelayanan kesehatan. Terdapat berbagai macam jenis-jenis sistem yang harus dikuasai oleh para calon PMIK, yaitu EMR (electronic medical record), EHR (electronic health record), dan PHR (personal health record). Masing-masing jenis tersebut memiliki ciri-ciri pembeda dan fungsi yang spesifik. Dampak positif bagi sektor kesehatan dengan terimplementasinya teknologi dalam bidang kesehatan mengharuskan kita untuk cepat beradaptasi, dibuktikan dengan adanya standarisasi penerapan teknologi oleh HIMSS Analytics EMRAM sebagai panduan calon profesi PMIK untuk mengimplementasikan teknologi. Sedangkan materi kedua disampaikan oleh Tedy Hidayat dengan judul "Persiapan Kompetensi PMIK dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0".
Beliau menjelaskan tentang kompetensi yang harus dikuasai oleh PMIK dengan adanya Revolusi Industri 4.0 yaitu, Interoperabilitas (kesesuaian), Transparansi (informasi), Teknis (Bantuan), dan Keputusan (Mandiri). Sebagai calon PMIK di Era Revolusi Industri 4.0 saat ini akan menghadapi Tantangan, Peluang, serta Manfaat yang harus disikapi dengan optimis. Berkaitan sikap optimis dengan adanya era industri 4.0 saat ini memang menjadi pertanyaan dikalangan calon profesi PMIK, "akankah profesi PMIK tergusur dengan adanya teknologi 4.0 ? Bapak Tedy Hidayat selaku ketua DPP PORMIKI Indonesia menegaskan bahwa profesi PMIK tidak akan tergantikan selama calon-calon profesi PMIK mau untuk menerapkan 7 Kompetensi PMIK dan mengembangkan keilmuan sesuai kebutuhan jaman. Penguatan tersebut sangat jelas tercantum pada kompetensi-kompetensi yang ada pada Profesi PMIK. Oleh sebab itu, wajib kita sikapi dengan penuh semangat & jiwa optimistis yang tinggi. Kegiatan yang dilaksanakan melalui Zoom dan juga live streaming melalui Youtube di Channel RMIK Polije yang beralamat di https://s.id/youtubeRMD.
Rossalina Adi Wijayanti, S.KM, M.Kes selaku ketua panitia menyebutkan bahwa total peserta yang mengikuti acara ini adalah 680 orang yang tersebar dari berbagai kota, diantaranya Jember, Malang, Bandung, Bali, Yogyakarta, dan juga beberapa kota lain. Peserta kuliah umum ini terdiri dari mahasiswa, dosen, dan praktisi tenaga rekam medis. Rossalina menambahkan, "antusiasme peserta sangat tinggi yang terlihat dari banyaknya pertanyaan yang dilontarkan kepada narasumber, tapi karena keterbatasan waktu, hanya dipilih beberapa pertanyaan saja yang ditanyakan kepada kedua narasumber".