MADING: HARI HIV AIDS SEDUNIA

Pengertian HIV dan AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. 

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.

Dengan menjalani pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa memperlambat perkembangan penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa menjalani hidup dengan normal. 

Penularan HIV dan AIDS

Dikutip dari laman Kemensos, HIV/AIDS dapat ditularkan melalui berbagai hal berikut: Penularan dapat terjadi saat tranfusi darah yang mengandung HIV, ataupun penggunaan narkoba suntik secara bergantian Cairan sperma dan vagina, yakni ditularkan melalui berhubungan seks beresiko atau tidak aman. Ibu penderita HIV kepada sang bayi pada saat kehamilan, persalinan, dan menyusui (MTCT = Mother To Child Transmission).

 Kemensos melalui laman resmi mereka juga membagikan berbagai informasi terkait prinsip penularan HIV, yang dikenal dengan istilah ESSE. Prinsip ini memandang kemungkinan terjadi penularan HIV antar individu, dan berikut penjabarannya: Exit, yaitu jalan keluar cairan tubuh yang mengandung HIV dari dalam tubuh keluar tubuh. Survive, yaitu cairan tubuh yang keluar harus mengandung virus yang tetap bertahan hidup. Sufficient, yaitu jumlah virus yang cukup untuk menularkan/menginkubasi ke tubuh seseorang. Enter, yakni alur masuk di tubuh manusia yang memungkinkan kontak dengan cairan tubuh yang mengandung HIV.

Gejala dan Stadium Terkait HIV AIDS

Indikasi awal manifestasi HIV ditandai dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh. Akan tetapi hal itu tidak lantas menunjukkan seseorang terinfeksi HIV. Perlu dicurigai adanya infeksi HIV jika muncul penyakit yang sering kambuh dan sulit diobati, atau ada perilaku lain yang beresiko. Mengutip laman Kemensos, stadium klinis HIV (WHO) terbagi ke dalam 4 (empat) stadium, yakni:

- Stadium I, pada stadium ini belum timbul gejala dan adanya pembesaran kelenjar limfa.

- Stadium II, pada stadium ini ditandai dengan berat badan (BB) menurun, adanya infeksi saluran nafas, herpes zooster ulkus mulut, ruam kulit, dan infeksi jamur kuku.

- Stadium III, stadium ini ditandai dengan turunnya berat badan, diare kronis lebih dari sebulan, demam menetap, TB paru, kandidiasis, dan anemia.

- Stadium IV, ditandai dengan adanya wasting syndrome, toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, herpes simplek, sarkoma kaposi, TB extra paru, meningitis kriptokokus, encefalopati HIV, dll.

Hingga saat ini belum ditemukan obat untuk menangani infeksi virus HIV maupun AIDS. Akan tetapi, untuk memperlambat perkembangan penyakit serta meningkatkan harapan hidup penderita sudah tersedia berbagai obat.

Pencegahan HIV dan AIDS

Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan HIV dan AIDS. Pencegahan ini dikenal dengan prinsip ABCDE, dan bisa dijabarkan sebagai berikut:

  1. Abstinensia, yaitu puasa seks bagi yang belum menikah.
  2. Be faithfull, yaitu prinsip untuk saling setia pada pasangan bagi yang sudah menikah.
  3. Condom, seperti namanya prinsip ini menganjurkan untuk menggunakan kondom bagi yang berhubungan seks beresiko.
  4.  Dont drug, artinya jangan gunakan narkoba suntik ataupun sejenisnya. Education, yaitu dengan cara mengedukasi orang sekitar terkait informasi HIV yang benar.

Faktor Risiko HIV dan AIDS

Kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi, antara lain:

• Orang yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan sesama jenis maupun heteroseksual.

• Orang yang sering membuat tato atau melakukan tindik.

• Orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain.

• Pengguna narkotika suntik.

• Orang yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik.

Diagnosis HIV dan AIDS

Tes HIV harus dilakukan untuk memastikan seseorang mengidap HIV atau tidak. Pemeriksaan yang dilakukan sebagai langkah diagnosis adalah dengan mengambil sampel darah atau urine pengidap untuk diteliti di laboratorium. 

Jenis pemeriksaan untuk mendeteksi HIV, antara lain:

➢ Tes antibody

Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan.

➢ Tes antigen             

Tes antigen bertujuan mendeteksi protein yang menjadi bagian dari virus HIV, yaitu p24. Tes antigen tersebut dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pengidap yang dicurigai terinfeksi HIV.

Jika skrining menunjukkan pengidap terinfeksi HIV (HIV positif), pengidap perlu menjalani tes selanjutnya. Tujuannya untuk memastikan hasil skrining, membantu dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang tepat. 

Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pengidap, untuk selanjutnya diteliti di laboratorium. Tes tersebut, antara lain:

➢ Hitung sel CD4 

CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Jumlah CD4 normal berada dalam rentang 500–1400 sel per milimeter kubik darah. AIDS terjadi jika hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah.

➢ Pemeriksaan viral load (HIV RNA)

Bertujuan untuk menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri. Jumlah RNA yang lebih dari 100.000 kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru saja terjadi atau tidak tertangani. 

Sedangkan jumlah RNA yang berada di bawah 10.000 kopi per mililiter darah, menunjukan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat, tetapi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh tetap terjadi.

➢ Tes resitensi (kekebalan) 

Dilakukan untuk menentukan obat anti HIV jenis apa yang tepat bagi pengidap. Hal ini dikarenakan beberapa pengidap memiliki resistensi terhadap obat tertentu.